Sebuah Tinjuan Singkat; Tarekat Mason Bebas (Freemasonry) di Indonesia :

Posted by egoisme 01.59, categories | No comments

Rabu, 10 Oktober 2012


Buku yang berjudul “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” diterjemahkan dari buku aslinya berjudul “Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764-1962”. Penulis buku langka tersebut adalah Dr. Th. Stevens.

Penelitian Dr. Th. Stevens ini terbilang langka sebab sejarah Tarekat Mason Bebas (Vritmetselarij) di Hindia Belanda pada masa kolonialisasi belum mendapat perhatian. Kelangkaan ini berhubungan dengan usaha pengkajian sejarah Hindia Belanda pada umumnya. Penelitian yang ada selama ini ditujukan terutama pada bidang politik, militer, dan ekonomi, sedangkan segi sosial dari sejarah Hindia Belanda kurang diperhatikan.

Ahli Sosiologi Van Doorn menekankan bahwa para peneliti Belanda pada zaman kolonialisme hampir tidak memperhatikan sejarah penduduk Belanda. Di kemudian hari, pada awal dekade pasca dekolonisasi, seakan ada tabu atas perhatian historis terhadap Hindia Belanda, dan para peneliti lebih sibuk dengan sejarah Indonesia.

Penelitian-penelitian yang ada menunjukkan keberadaan Tarekat Mason Bebas yang tidak hanya diakui oleh Hindia Belanda, namun juga oleh pihak-pihak di luar tarekat. Mereka juga memiliki pengaruh dalam gerakan sosial dan politik di Indonesia. Kaum Mason Bebas pada tahap dini sudah mengadakan hubungan dengan salah satu organisasi politik Budi Utomo. Pengaruh kaum Mason Bebas juga tampak pada dunia pendidikan melalui beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berbakat, salah satunya adalah Raden Saleh Sjarif Boestaman (lahir di Semarang tahun1807, meninggal di Buitenzorg, 23 April 1880). Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia.

Raden Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi anggota Tarekat Mason Bebas. Pendidikan tingkat lanjutnya diperoleh di Belanda dan Jerman, tentunya dengan mengandalkan beasiswa dari pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Apakah Tarekat Mason Bebas itu? Akkermans dalam bukunya “Vrijmetselarij.Een levenshouding” memberi kesimpulan :


Dalam Tarekat Mason Bebas nilai tinggi kepribadian manusia berada di latar depan. Manusia sebagai individu dalam pemikiran masonik ditempatkan secara sentral. Pekerjaan, pekerjaan rohani, dalam Tarekat Mason Bebas diarahkan pada penemuan wujud diri sendiri. Erat berhubungan dengan ini, asas-asasnya bertujuan memajukan apa yang dapat mempersatukan manusia dan melenyapkan apa yang dapart memisahkan manusia. Menurut tradisi yang sangat kuno, sebuah loge Mason Bebas merupakan pusat pemersatu manusia yang kalau tidak akan terus saling terpisah. Dengan mengolah dirinya sendiri, berupaya menjadi “manusia yang lebih baik”, berusaha mencapai Tarekat semua manusia, Mason Bebas membangun kehidupan bersama, kehidupan masyarakat. Gambaran ideal ini dalam Tarekat Mason Bebas disebut “dibangunnya rumah pemujaan umat manusia”.


Dalam Anggaran Dasarnya disebutkan bahwa :

1. Tarekat Mason Bebas adalah pandangan hidup jiwa yang timbul dari dorongan batin, yang mengungkapkan dirinya dalam upaya berkesinambungan untuk mengembangkan semua sifat roh dan hati nurani, yang dapat mengangkat manusia dan umat manusia ke tingkat susila dan moral yang lebih tinggi. Ia diterapkan dalam pelaksanaan seni dan hidup yan paling tinggi.

2. Tarekat, yang merupakan bagian merdeka dari persekutuan kaum Mason Bebas yang tersebar di seluruh permukaan dunia, mempunyai tujuan untuk menjadi titik pusat bersama untuk pelaksanaan seni hidup ini dan berusaha menuju perkembangan manusia dan umat manusia yang harmonis dan beragam segi.

3. Ia bertolak dari kepercayaan yang kokoh kepada kenyataan adanya Tarekat dunia susila dan rohani.

4. Ia juga berpegang pada asas akan pengakuan dari :

- Tingginya nilai kepribadian manusia;
- Hak setiap orang untuk secara mandiri mencari kebenaran;
- Tanggung jawab moral manusia atas perilakunya;
- Persamaan dalam wujud semua manusia;
- Tarekat umum semua manusia;
- Kewajiban setiap orang untuk berbakti pada kesejahteraan masyarakat;

Tujuan universal tersebut di Hindi Belanda antara lain disebarkan melalui buku jubileum yang diterbitkan oleh Tarekat Mason Bebas Hindia Belanda pada tahun 1917 berkenaan dengan ulang tahun ke-150. Buku ini tidak hanya diterbitkan dalam bahasa-bahasa Barat, melainkan juga dalam bahasa Melayu, Tionghoa, dan bahasa Jawa. Teks Jawa juga dicetak dalam aksaranya sendiri.

Sayangnya, tidak banyak arsip Tarekat yang mengungkap tentang awal mula terbentuknya Tarekat Mason Bebas di Negeri Belanda (Nederland) sebagai pangkal dari gerakan masonik Belanda di luar negeri (negeri-negeri jajahan). Dalam sebuah dokumen bernama Annales, diketahui bahwa anggota Tarekat terdiri dari kaum ningrat, para bupati dan tokoh-tokoh masyarakat, serta militer.

Tarekat Mason Bebas menjadi pembawa dan penyebar pikiran pencerahan humaniter yang dipicu oleh perubahan besar pada zaman itu, yang meliputi aspek-aspek seperti hak-hak dan kewajiban-kewajiban warga, hubungannya dengan negara dan masyarakat, sikap terhadap diri sendiri dan hubungan dengan sesama manusia.

Perubahan orientasi juga terjadi pada Tarekat Mason Bebas, dari perkumpulan yang hanya menerima kaum ningrat sebagai anggota menjadi perkumpulan yang menerima warga biasa. Perubahan ini termaktub dalam Kitab Undang-undang yang ditulis oleh J.A. de Mist, Wetboek voor de Broederschap der Vrij-Metselaaren in de Bataafsche Republiek en derzelver Colonien en Landen (Kitab Undang-undang unuk Tarekat Kaum Mason Bebas di Republik Batavia dan Jajahan-jajahan serta Negeri-negerinya).

Dari Kitab Undang-undang ini dapat diketahui bahwa salah satu tugas Suhu Agung (pemimpin tertinggi) Tarekat Mason Bebas adalah menyebarkan ajaran ini ke seluruh dunia.

Maka, lewat loge (tempat pemujaan para Mason Bebas), penyebaran Tarekat Mason Bebas di wilayah jajahan diprogram secara sistematis. Beberapa loge berhasil didirikan di kota-kota besar di wilayah pesisir nusantara, seperti Batavia, Semarang, Surabaya, dan Padang. Di kota-kota tersebut orang-orang Eropa memiliki posisi yang kuat.

Pendirian loge tentunya membutuhkan dukungan dari penguasa setempat. Maka, para Mason Bebas melakukan pendekatan terhadap kaum ningrat sehingga tercatat nama Raden Saleh sebagai orang Indonesia pertama yang dilantik sebagai anggota Tarekat pada tahun 1836 di loge “Eendracht Maakt Macht (Bersatu Kita Kuat)” di Den Haag . Kemudian di Jawa ada Abdul Rachman, keturunan dari Sultan Pontianak, yang dilantik pada tahun 1844 di loge “De Vriendschap (Persahabatan)” di Surabaya. Pada 26 Juni 1852 Pangeran Ashanti alias Aquasie Boachi dilantik di loge “La Constante et Fidele” di Semarang.

Suatu “terobosan” yang nyata baru terjadi pada tahun 1971, ketika Pangeran Ario Soeryodilogo (1835-1900) menjadi anggota “Mataram” di Yogyakarta, suatu loge yang didirikan setahun sebelumnya. Nama itu diambil dari nama kerajaan di Jawa Tengah yang pada awal abad ke-17 berperang melawan penjajah Belanda. Pemilihan nama itu agak menarik. Pada tahun 1878, pengeran itu menggantikan kakaknya sebagai kepala keluarga Paku Alam yang memerintah, dan ia diberi gelar Paku Alam V.

Sebagai salah satu dari empat penguasa di Jawa Tengah ia mempunyai prestise tinggi dan dapat dipastikan bahwa keanggotaannya pada Tarekat Mason Bebas memudahkan keanggotaan bagi penguasa-penguasa Jawa lainnya.

Yang menjadikan fakta-fakta ini tambah menarik adalah putra-putranya juga menjadi anggota Tarekat Mason Bebas, seperti Pangeran Adipati Ario Notokusuma, yang menggantikan ayahnya pada tahun 1901 sebagai Paku Alam VI, Pangeran Ario Notodirejo (antara 1901-1906 wali dari anak yang kemudian menjadi Paku Alam VII) dan Pangeran Ario Kusumo Yudo yang kemudian menjadi anggota dari Raad van Indie (Dewan Hindia). Terakhir, cucunya Paku Alam VII, yang antara tahun 1908 dan 1938 menjadi kepala keluarga Paku Alam. Foto-foto dari orang-orang terkemuka Mason Bebas ini dimuat dalam Buku Peringatan 1767-1917.

Sejarawan Amerika, Van Niel, yang melakukan penelitian tentang munculnya kaum elit modern Indonesia, menyatakan bahwa kaum Mason Bebas telah memberikan pengaruh kuat terhadap kaum elit Jawa. Peneliti Naeff menulis bahwa Tarekat Mason Bebas menekankan “persamaan prinsipil semua orang” dan sifat toleransi. Naeff menambahkan, “Dari hal itu mungkin dapat dijelaskan popularitas besar yang dinikmati Tarekat Mason Bebas bukan hanya di kalangan orang Eropa, melainkan juga di kalangan pejabat ningrat Jawa yang berpendidikan tinggi”.

Tinjuan singkat mengenai pengaruh Tarekat Mason Bebas terhadap kehidupan sosial dan politik dapat dilengkapi dengan tulisan-tulisan orang Indonesia. Pada tahun 1976 guru besar Resink menulis tentang gerakan Budi Utomo dan tentang keterlibatan kaum Mason Bebas Indonesia terkemuka dengan organisasi tersebut. “Tarekat Mason Bebas”, demikian tulis Resink, “melalui perantaraan para pangeran Paku Alam”, memberikan bantuan kepada “Budi Utomo”. Loge “Mataram” di Yogyakarta ia sebut sebagai suatu lembaga yang berbakti dan pantas dihormai.

Dalam suatu terbitan tentang kota Semarang, publisis Amen Budiman akhirnya menyatakan bahwa tujuan loge setempat “La Constante et Fidele” adalah untuk “mencapai emansispasi dan kebebasan manusiawi”. sumber-http://www.inpasonline.com

Melatih Otak untuk Pertajam Ingatan

Posted by egoisme 00.09, categories | No comments

Minggu, 12 Juni 2011

Fungsi Otak

Dalam proses mengingat, otak memainkan peranan besar. Otak dapat terbagi atas otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri berkaitan dengan logika, angka, tulisan, kecerdasan, hitungan, analisa, dan untuk ingatan jangka pendek (short term memory). Sedangkan otak kanan kita diguakan untuk kreativitas, imajinasi, musik, warna, bentuk, emosi dan untuk ingatan jangka panjang (long term memory).
Ingatan akan lebih bertahan lama jika dalam mengingat menggunakan otak kanan. Untuk dapat mengingat dengan baik, perlu melatih otak agar berfungsi dengan optimal. Sayangnya, lebih banyak orang yang menggunakan otak kiri dalam proses mengingat. Otak kiri kebanyakan orang lebih berkembang tanpa diimbangi perkembangan otak kanan. Karena otak kiri merupakan ingatan jangka pendek, maka informasi yang disimpan di otak kiri akan lebih mudah terlupakan.
Oleh karena itu, jika ingin menyimpan dalam otak kanan, informasi harus diubah menjadi cerita atau gambar. Karena otak kanan tidak mengenal tulisan atau angka. Latihan diperlukan agar dapat mengembangkan otak kanan. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan.

Total Story Technique (TST)

Teknik ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras, shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat, tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti tisu.
Cerita tersebut benar-benar divisualisasikan dan dibayangkan. Kembangkan imajinasi Anda dengan menambahkan warna, bunyi, benda-benda pendukung dan gerak pada cerita tersebut. Misalnya, bayangkan tempat mandi berwarna pink tempat Dewi Sri mandi susu, bayangkan si Mbok yang sudah tua dan memakai kebaya abu-abu sedang mengepel halaman, dengarkan suara kunyahan permen karet di mulutnya, dan bayangkan Anda mencicipi telur yang rasanya seperti kecap, bayangkan bentuk telur yang bertabur keju dan saos tomat, dan bayangkan Anda bisa memegang telur tersebut dan merasakan kelembutannya yang seperti tisu.
Jadikan bayangan tersebut nyata di hadapan Anda. Dengan contoh cerita ini, kita telah melatih otak kanan yang berfungsi dalam kreativitas dan imajinasi. Kreativitas tercipta saat kita membuat suatu cerita singkat dan imajinasi turut berperan saat kita memvisualisasikan cerita tersebut.

Total Word Technique (TWT)

Pada teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar dapat diterima oleh otak kanan.
Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip Nekad".
Kalimat tersebut menggunakan beberapa huruf depan atau suku kata pertama dari urutan planet yang ingin diingat. Mengendarai untuk mengingat Merkurius, Vespa untuk Venus, Bukan untuk Bumi, Mainan untuk Mars, Judi untuk Jupiter, Sahabat untuk Saturnus, Urip untuk Uranus, Nekad untuk Neptunus. Dengan membayangkan tokoh-tokoh dan yang sedang dilakukan, Anda dapat lebih mengingatnya.

Total Number Technique (TNT)

Teknik ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan. Misalnya, Anda harus mengingat angka 212.007.217.080.205. Anda dapat mengubahnya menjadi cerita seperti Wiro Sableng (212) dan James Bond (007), keduanya (2) sedang mengikuti upacara kemerdekaan (1708) pada hari pendidikan nasional (0205).
Tetapi, tidak semua kombinasi angka merupakan angka yang sudah dikenal seperti diatas. Untuk itu, Anda dapat membuat cerita sendiri dengan mengubahnya menjadi kode yang dapat diterima oleh otak kanan yaitu dalam kode bentuk atau bunyi. Anda dapat mengubah angka menjadi kode bentuk atau bunyi seperti berikut:

AngkaKode BentukKode Bunyi
0BolaGosong
1TiangSepatu
2BebekTua
3TelingaMentega
4Perahu LayarKetupat
5Perut GendutDelima
6CerutuTanam
7CangkulBaju
8KacamataPapan
9RaketJalan

Kode bentuk dan kode bunyi juga dapat diciptakan sendiri sesuai kreativitas Anda. Sekarang misalnya Anda harus mengingat password 284670, dapat diubah menjadi kalimat:

Mengingat dengan Kode Bentuk

Bebek (2) berkacamata (8) naik perahu layar (4) dengan tangan kanan memegang cerutu (6) dan tangan kiri memegang cangkul (7) asyik bermain bola (0).

Mengingat dengan Kode Bunyi

Kakek tua (2) membeli papan (8) dan ketupat (4) dari orang yang sedang menanam (6) baju (7) gosong (0).

Metode mengingat yang dijelaskan diatas hanya beberapa contoh teknik mengingat yang dapat digunakan, karena masih ada metode-metode lainnya. Metode mengingat tersebut akan membuat Anda dipacu untuk terus kreatif dalam menciptakan cerita singkat, membayangkan dan mengimajinasikannya.

Imajinasi Anda akan semakin terasah saat Anda menambahkan warna-warna pada bayangan cerita Anda, menambahkan gerak, aroma atau hal lainnya sehingga imajinasi Anda semakin menarik. Jika bisa, buatlah menjadi cerita yang lucu atau cerita yang tidak masuk akal. Ini akan membantu informasi lebih teringat.
Anda juga dapat mencoba untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Dengan demikian, menghafal dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk mereka. Ini juga akan menjadi latihan yang baik untuk otak kanan yang bisa memacu kreativitas dan mengoptimalkan otak anak.
Jika Anda sudah mencoba mengingat dengan metode-metode tersebut, menyimpan informasi di otak kanan Anda, informasi tidak akan cepat terlupa dan membantu mengoptimalkan otak dan membantu daya ingat Anda. Selamat mencoba

Ego sebagai Dasar Metafisika M Iqbal

Posted by egoisme 03.29, categories | No comments

Jumat, 10 Juni 2011

A. PENDAHULUAN

Dalam kajian filsafat, metefisika selalu ditempatkan pada bab pertama dan dijadikan sebagai dasar pijak suatu pemikiran. Bahkan bagi para filosof klasik, filsafat identik dengan metafisika. Dalam filsafat Islam khususnya, kajian metafisika selalu diidentikkan dengan kajian tentang Tuhan (Allah SWT). Bahkan berbagai bangunan epistemologi yang digagas semata-mata hanya untuk satu hal; mengetahui tentang esensi Sang Ada. Memang tren pemikiran waktu itu menuntut bahwa Sang Ada mutlak harus dapat dipahami secara nalar.

Dalam perkembangannya, metafisika banyak menuai kritik dari kalangan pemikir-pemikir muslim sendiri. Al-Ghazali misalnya, ia menolak keras bahwa Tuhan tidak bisa dipahami secara nalar an sich tapi harus dengan hati (al-qalb). Lalu kemudian al-Ghazali lebih memilih jalan tasawuf dari pada filsafat yang dianggapnya sesat. Namun sayangnya, kritik al-Ghazali terhadap filsafat terlampau keras akibatnya perkembangan filsafat di dunia Islam kemudian menjadi layu. Kemerdekaan berfikir umat Islam surut dan diganti dengan model taklid pada para ‘ulama.

Adalah Mohammad Iqbal, seorang pujangga sekaligus filsuf kelahiran Sialkot, Punjab, Pakistan pada 9 November 1877 telah tebukti mampu meniupkan angin segar bagi kefilsafatan dunia Islam. Dengan magnum opusnya ”The Reconstuction of Religious Though in Islam” ia dengan sederet pemikir Islam lainnya berupaya mendobrak kejumudan yang menidur-lelapkan dunia Islam. “Agar umat Islam dapat bangkit, rekonstruksi pemikiran harus diupayakan,” itulah inti gagasannya.

Sebagaimana filsuf-filsuf terdahulu, Iqbal mendasari filsafat rekonstruksinya dengan metafisika dan konsep metafisikanya adalah ego dan kehendak manusia (will to power). Rekonstruksi baginya semacam metodologi yang membuka ruang bagi penyesuaian dengan perubahan demi terciptanya pemikiran yang sesuai dengan semangat zaman. Sementara kehendak untuk berbuat dan kekreatifan berpikir adalah kunci utama. Memang, Pemikiran manusia tidak pernah mencapai titik final dan karena itu, rekonstruksi adalah proses tanpa henti.


B. PEMBAHASAN

Ada pendapat dari barat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi Tuhan. Ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia menjadi lemah, tidak berkuasa. Iqbal menolak keras pandangan ini, baginya manusia memiliki kehendak bebas (will to power) untuk melakukan sesuatu. Hal inilah yang membuat manusia memiliki dirinya, manusia memiliki ego. Ego yang bersifat bebas unifed dan immoratal dan dapat diketahui secara pasti, tidak sekedar pengandaian logis. Karena itulah, kemudian dikenal bahwa Filsafat Iqbal terpusat pada ego atau “self hood”. Dan demi memperkuat pengetahuan tersebut, ia tidak segan-segannya menimba ilmu pengetahuan Timur maupun Barat.

Sebetulnya, pendapat Iqbal tersebut persisnya membantah tesis Imannuel Kant yang mengatakan bahwa diri yang bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkit. Dan Iqbal memaparkan pemikiran ego-nya terbagi menjadi tiga macam antara lain: pantheisme, empirisme dan rasionalisme.

Dalam pandangan Iqbal, pantheisme terlalu memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana eksistensi riil adalah ego absolut. Hal ini bertentangan dengan keyakinannya bahwa ego manusia adalah nyata. Terbukti bahwa manusia mampu berfikir dan bertindak, yang sekaligus membuktikan bahwa aku ada.

Sementara empirisme memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar penanaman, sementara yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini adalah bagaikan panggung teater bagai pengalaman yang silih berganti. Iqbal menolak empirisme karena tidak dapat menyangkal bahwa ternyata adanya kesatuan dalam pengalaman. Iqbal pun menolak rasionalisme ego yang diperoleh melalui penalaran dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti mempertegas keberadaannya). Baginya, ego yang bebas dan terpusat juga dapat diketahui dengan menggunakan intuisi.

Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya berupa aktivitas kehendak. Hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan dan bergerak menuju satu arah (Ego absolut). Tujuan tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia berkehendak bebas dan berkreatif.

Menurut CA. Qodir, Iqbal mengambil pandangan tentang “ego” ini terutama dari kaum idealis seperti Hegel dan Fichte, tetapi menggabungkannya dengan paham perubahan. Ia berpendapat bahwa ada semacam tangga nada (hierarkhi) ke-aku-an yang muncul secara perlahan-lahan di alam semesta ini hingga mencapai tingkat manusia, di mana ke-ego-an berada pada titik titik tertingginya. Allah SWT dipandang sebagai ego, tetapi Ia adalah Ego absolut. Sementara alam semesta adalah lembah ego-ego yang lebih rendah yang biasanya dipandang sebagai materi.

Iqbal sangat menekankan dan mengukuhkan perkembangan ego dan menjelaskan dengan rinci faktor-faktor pembangun ego dan juga faktor-faktor yang bisa menghancurkannya. Seperti halnya Rumi, Iqbal pun percaya bahwa ego membutuhkan lingkungan sosial untuk berkembang karena dalam kesendirian ia akan melemah dan kering.

Dalam karyanya Romaz-i Bekhudi (Rahasia non-Diri), Iqbal menunjukan adanya saling ketergantungan antara individu dan masyarakat. Dan menyatakan dengan tegas bahwa keanggotaan yang aktif dalam suatu masyarakat yang riil inilah yang memberi tujuan dan makna dalam kehidupan seseorang. Ego sebagai diri adalah keseluruhan kepribadian yang menerima dan mengintegrasikan rangsangan lalu menjawabnya secara kreatif dan inovatif. Ego pada dasarnya bebas dan kebebasan ini dipandang oleh Iqbal sebagai “rahmat”.

Sementara Tuhan harus diperoleh lewat perjuangan yang berkesinambungan dan bertahan. Iqbal sendiri mendefinisikan ego (khudi) sebagai berikut: “Secara metafisik kata “khudi” (keakuan) digunakan dalam arti adanya perasaan yang tak terperikan tentang “Aku” yang membentuk dasar bagi setiap keunikan “individu”. Secara etik kata khudi berarti kemandirian (self reliance), penghargaan diri, kepercayaan diri atau pemeliharaan diri untuk berpegang teguh pada cita-cita kebenaran.

Manusia adalah wakil Allah di atas bumi. Ia dikaruniai kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas tetapi juga dibebani tanggung jawab yang tak terbatas juga. Dalam merealisasikan kemaslahatan dunia melalui kerja dan perjuangan keras, manusia menjadi “yang bekerja sama” dengan Tuhan. Dalam hal ini Iqbal tidak percaya pada fatalisme karena akan menghapuskan kebebasan dan kreatifitas bagi kehendak bebas manusia. Allah dengan kehendaknya sendiri, membatasi kehedak-Nya dengan cara memberikan sebagiannya kepada manusia, suatu pandangan yang barangkali bertentangan dengan pandangan-pandangan ortodoks.


C. PENUTUP

Dengan konsep filsafat ego-nya, Iqbal hendak menafsirkan bahwa setiap manusia memiliki kemerdekaan untuk menentukan dirinya sendiri dengan demikian harus berani berkreasi dan mandiri dalam berfikir (ijtihad). Tidak seperti apa yang selama ini terjadi. Bahkan ia mengkritik, bahwa penyebab kemunduran Islam kerena kurang kreatifnya umat Islam, konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Sehingga umat Islam hanya bisa puas dengan keadaan yang sekarang di dalam kejumudan.

Islam sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, ditantang untuk bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak dan perubahan tersebut agar sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu umat Islam dihadapkan kepada masalah signifikan, yaitu sanggupkah Islam memberi jawaban yang cermat dan akurat dalam mengantisipasi gerak dan perubahan zaman?. Dengan tepat Iqbal menjawab, “bisa, kalau umat Islam memahami Islam seperti cara berfikir ‘Umar Ibn Al Khathtab”.

Begitulah M. Iqbal. Dalam kehidupannya, ia telah berusaha secara serius terhadap perumusan kembali tentang pemikiran Islam. Meski ia tidak diberi umur panjang namun lewat tarian penanya ia mampu menghempaskan awan mendung yang menyelimuti dunia islam semasa hidupnya. Memang, pena lebih tajam dari pada pedang. Semestinya semangat Iqbal perlu diapresiasi dan kemudian diteladani. Dan sayangnya di Indonesia sendiri, semangat Iqbal dalam memberontak kejumudan masih belum terlihat sosoknya. Hal ini terbukti bahwa pemikir-pemikir muslim kita kerap membangga-banggakan iqbal, namun mereka tak mampu menjadi Iqbal. Kejumudan demi kejumudan selalu mengalami bentuk modifikasinya.

Profile

Profile

Followers

Pengikut